Pada kali ini saya akan membagikan hasil pengalaman saya sewaktu PSG di salah satu Pabrik Gula yang tergabung dalam PTPN X (PT. Perkebunan Nusantara X)
Langsung saja mari kita simak.... :D
Sebelum kita mengulas lebih dalam proses pengolahan Gula SHS, alangkah baiknya kita mengerti dulu apa tujuan sebenarnya didirikannya Pabrik Gula ini selain untuk bisnis komersial
Tujuan dari didirikannya Pabrik Gula ini sendiri adalah untuk memasok Gula Industri/Gula Rafinasi ke se-antero Nusantara, yang kita tahu juga Gula Industri/Gula Rafinasi ini juga dipakai oleh banyak produk-produk makanan dan minuman ternama, semisal Teh Botol Sosro, Tebs dll.
Menurut mereka ada banyak perbedaan jika menggunakan Gula Industri/Gula Rafinasi dengan Gula Biasa (Gula yang dipakai dirumah-rumah) dikarekanan Gula Rafinasi selain memiliki bentuk yang lebih cerah dan warna yang lebih putih juga memiliki tingkat kemurnian yang tinggi dibandingkan Gula Biasa. Untuk lebih detailnya simak disini ---> Gula Rafinasi VS Gula Kristal Putih
Okey, jika agan-agan sudah tau Tujuannya mari langsung kita simak Proses Pengolahannya :D :D :D
Proses pengolahannya sendiri dibagi menjadi beberapa tahap yaitu Pemerahan Nira, Pemurnian, Penguapan (Evaporasi), Kristalisasi/Masakan, Pemisahan Kristal/Putaran, dan Pengeringan. Berikut penjelasannya :
1. Pemerahan Nira
Tebu setelah ditebang dan dikirim ke Emplasment, kemudian dikirim ke Stasiun Gilingan untuk dipisahkan antara bagian Padat (Ampas) dengan cairannya yang mengandung Gula (Nira Mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat Pengerja Pendahuluan (Voorbewer Keras) yang dirangkaikan dengan alat Giling dari logam. Alat Pengerja Pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan Pemerahan Nira untuk Memerah Nira digunakan 4 buah Gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.
Ket. Gambar untuk No. 1
Nb : Secara kasar, proses ini bertujuan untuk mengubah Tebu menjadi Nira Mentah.
2. Pemurnian Nira
Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah Kapur Tohor (Untuk menaikan PH) dan Gas Sulfit/Gas SO2 (Untuk menurunkan PH) dari hasil pembakaran.
Mula-mula Nira Mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi Gas Sulfit/Gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan Nira Jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira Jernih yang dihasilkan kemudian dikirim ke Stasiun Penguapan.
Ket. Gambar untuk No.2
3. Penguapan (Evaporasi) Nira
Nira Jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air dilakukan Penguapan (Evaporasi).
Dipabrik Gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa Evaporator dengan Sistem Multiple Effect yang disusun secara Interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak langsung. Uap Bekas ini terdapat dalam sisi ruang Uap dan Nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
Ket. Gambar untuk No. 3
4. Masakan (Kristalisasi)
Nira Kental dari sari Stasiun Penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu Pan Vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula. (Fungsi dari keVacuman sendiri adalah untuk mempercepat proses pemanasan)
Sistem yang dipakai yakni ACD, dimana Gula A / Gula SHS sebagai Produk Utama, sedangkan Gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk
dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah
atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c.
Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi.
Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop).
Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung
pendinginan (Kultrog).
5. Proses Pemisahan Kristal Gula (Putaran)
Pemisahan Kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan gaya memutar (Sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula dari ampasnya dengan putaran yang konstan.
Proses pemisahan ini dibagi menjadi 2 yakni LGF (Low Grade Fugal) dan HGF (High Grade Fugal)
#Proses LGF terjadi pada Masakan C dan D :
Masakan C hanya dilakukan 1x putaran dan menghasilkan Gula C dan Stroop C
Masakan D diputar sebanyak 2x :
- Putaran pertama menghasilkan Gula D2 dan Tetes (Mollase)
- Putaran kedua menghasilkan Gula D1 dan Klare D
#Proses HGF terjadi pada Masakan A :
Masakan A diputar sebanyak 2x :
- Putaran pertama menghasilkan Gula A2 dan Stroop A
- Putaran kedua menghasilkan Gula A1 (SHS) dan Klare A
6. Pengeringan Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira
20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,
untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira 800c.
pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang
goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
Ket. Gambar untuk No. 4-6
Setelah Proses Pengeringan Kristal Gula selesai, Gula siap dikemas di Stasiun Penyelesaian menggunakan kemasan Sak, dan dikirim ke pelanggan di seluru penjuru Nusantara :D
Sekian Informasi dari saya, kalau ada yang kurang jelas mohon ditanyakan dikolom komentar :D Insya Allah jika saya bisa saya akan menjawab nya
Oh ya, kalau Artikel ini ada yang kurang maupun salah. Mohon agan kritik dengan menyertakan saran. Karna penulis juga adalah seorang Manusia jadi kalau ada kekurangan atau kesalahan mohon dimaklumi :D
>>>>>>>SEMOGA BERMANFAAT<<<<<<<
Wassalamualaikum wr. wb